Pages

Subscribe:

Tuesday, September 16, 2008

Interworking: 3G & WiMAX

Rencana pemberian lisensi WiMAX oleh Pemerintah Indonesia ternyata ditanggapi dengan hangat juga oleh para operator selular. Namun mengapa operator yang sudah memiliki lisensi 3G/UMTS ini masih juga punya minat pada WiMAX? Di satu sisi, ini untuk menghambat kompetisi dari teknologi yang memang secara konvergensi akan jadi bersaing ini. Namun, jika dilihat dari sisi positif, para operator memahami bahwa WiMAX merupakan komplemen layanan yang penting bagi 3G/UMTS; khususnya bagi sebagian besar customer yang melakukan akses informasi tidak sambil bergerak.

Tetapi, jika 3G/UMTS dan WiMAX dipegang oleh sebuah entitas, atau sekelompok yang berafiliasi, bagaimana cara agar keduanya benar2 menjadi komplemen, seolah2 menjadi sebuah network lengkap, dengan sistem identitas user yang tunggal, dengan layanan yang kontinu bagi user yang harus berpindah network, dan tanpa terlalu banyak sistem yang redundant?

Mengandaikan bahwa standar 3GPP yang digunakan sudah mengadopsi Release 5 (dengan IMS), akan dapat dilakukan interworking pada service layer kedua macam network. Negosiasi akan tetap menggunakan SIP seperti yang digunakan dalam IMS. Pengelolaan user dengan AAA dilakukan pada infrastuktur UMTS. Skemanya dideskripsikan dalam gambar ini:
interwork-3g-wimax.png
Garis oranye menunjukkan aliran data (media), dan garis biru persinyalan. HSS (home subscriber server) meyimpan informasi user, termasuk autorisasinya, dan profile. AAA, melakukan fungsi autentikasi, autorisasi, dan accounting (charging). Sekelompok CSCF (call session control function) pada struktur IMS berfungsi mengelola sesi informasi.

Persinyalan antara IMS dan WiMAX dilakukan melalui I-CSCF (I=interrogator) ke CSN WiMAX. Pada WiMAX, CSN memainkan urusan QoS, dan ASN memainkan strategi akses. Harus ada pemetaan antara QoS 3GPP dan WiMAX. UMTS mendefinisikan empat kelas QoS: conversational, streaming, interactive, dan background. WiMAX juga mendefinisikan empat kelas: UGS (unsolicited grant service), rt-PS (realtime polling service), nrt-PS (non-realtime polling service), dan BE (best effort). Tinggal dilakukan pemetaan sesuai sifat aplikasi yang ditargetkan di setiap kelas. Resource QoS dapat diberikan baik melalui prekonfigurasi, ataupun dengan reservasi sesuai trigger dari client.

Tentu masih banyak yang harus dipertimbangkan. AAA antar dua network misalnya, termasuk bagi user yang sedang melakukan roaming, harus dipertimbangkan baik dari sisi bisnis maupun dari security. Soal hand-over juga bisa menjadi bahan yang sangat menarik untuk diperincangkan secara terpisah.


0 comments:

Post a Comment