Pages

Subscribe:

Saturday, November 08, 2008

Wireless LAN FAQ

Di manakah sebaiknya saya menempatkan Base Station? 


Base station biasanya diletakkan di tempat yang tinggi, yang memungkinkan dapat terjangkau dari pelanggan. Bisa berupa rooftop dari gedung tinggi, ataupun tower. 

Perangkat apa saja yang dibutuhkan di Base Station?
 

Pada dasarnya, perangkat wireless di base station di bagi dua, yaitu perangkat point to point sebagai backhaul, dan perangkat lainnya untuk melayani pelanggan. Perangkat backhaul tidak dibutuhkan jika Anda memiliki akses internet ke BTS via kabel ataupun media lain. Untuk access pointnya sendiri, biasanya menggunakan antenna yang dapat melayani area yang cukup lebar. Bisa berupa omnidirectional antenna, ataupun antenna sectoral. Omnidirectional antenna dapat menjangkau 360 derajat, sedangkan antenna sectoral hanya dapat menjangkau 90 hingga 120 derajat, sehingga dibutuhkan 3 hingga 4 antenna, termasuk juga access pointnya. 

Berapa client yang dapat terkoneksi ke base station? 


Secara teori, perangkat wireless Mikrotik dapat melayani 2007 client. Namun, bagaimanapun juga, performance nya tergantung pada kehandalan sistem dan kondisi sekitar. Jumlah ini sangat regantung pada penggunaan setiap client, dan berapa jumlah komputer yang terkoneksi di belakang sebuah AP Client. Jumlah yang pernah dicapai pada penggunaan normal adalah 100 client. 

Berapakah jarak terjauh antara BTS dan lokasi client? 

Jarak terjauh akan tergantung pada daya antena, loss pada kabel antenna, kekuatan pancar radio, sensifitas radio, dan tingkat inteferensi dari radio lain yang menggunakan frekuensi yang sama. 
Dengan frekuensi 2,4 GHz, biasanya jarak terjauh yang bisa dicapai adalah 12 kilometer, sedangkan dengan frekuensi 5 GHz, dengan menggunakan antenna solid disc 30db, bisa dicapai jarak 28 km. Lebar bandwidth yang bisa dicapai adalah sekitar 10 mbps dengan uji coba bandwidth test. 

Dapatkah saya menggunakan amplifier untuk memperjauh jangkauan ? 

Secara teknis, bisa. Namun, perhatikan regulasi yang berlaku. Penggunaan amplifier dapat digunakan untuk mengkompensasikan loss yang terjadi akibat penggunaan kabel antenna yang panjang. 

Apakah antara BTS dan client harus benar-benar bebas halangan (Line of sight) ? 

Ya. Kondisi line of sight mutlak dibutuhkan. Juga perhatikan freznel zone yang dibutuhkan. 

Apakah yang dimaksud dengan fresnel zone? 

Freznel Zone adalah area di sekitar garis lurus antar alat yang digunakan untuk rambatan gelombang. Area ini juga harus bebas dari gangguan, atau kekuatan signal akan menurun. Sebagai contoh, pada link berjarak 16 km, dengan frekuensi 5,8 GHz, besarnya lingkaran freznel zone di tengah-tengah kedua alat adalah lingkaran dengan radius 8,7 meter, dan 13,6 meter untuk frekuensi 2,4 GHz. 

Dapatkah saya melakukan bridge saat menggunakan produk wireless Mikrotik? 

Ya. Jika Anda menggunakan Access Point Mikrotik dan client merk lainnya, yang perlu Anda lakukan adalah memasukkan interface wlan pada mikrotik ke interface bridge, demikian juga dengan ethernetnya. Sedangkan bila menggunakan wireless client Mikrotik, Anda bisa melakukan bridge dengan menggunakan teknik EoIP atau menggunakan WDS Wireless. Simak manual penggunaan untuk lebih jelasnya. 

Queue dengan SRC-NAT dan WEB-PROXY

Pada penggunaan queue (bandwidth limiter), penentuan CHAIN pada MENGLE sangat menentukan jalannya sebuah rule. Jika kita memasang SRC-NAT dan WEB-PROXY pada mesin yang sama, sering kali agak sulit untuk membuat rule QUEUE yang sempurna. Penjelasan detail mengenai pemilihan CHAIN, dapat dilihat pada manual Mikrotik di sini.

Percobaan yang dilakukan menggunakan sebuah PC dengan Mikrotik RouterOS versi 2.9.28. Pada mesin tersebut, digunakan 2 buah interface, satu untuk gateway yang dinamai PUBLIC dan satu lagi untuk jaringan lokal yang dinamai LAN. 
 

[admin@instaler] > in pr Flags: X - disabled, D - dynamic, R - running   #    NAME       TYPE    RX-RATE    TX-RATE    MTU    0  R public     ether   0          0          1500   1  R lan        wlan    0          0          1500 

Dan berikut ini adalah IP Address yang digunakan. Subnet 192.168.0.0/24 adalah subnet gateway untuk mesin ini. 
 

[admin@instaler] > ip ad pr Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic   #  ADDRESS           NETWORK      BROADCAST      INTERFACE  0  192.168.0.217/24  192.168.0.0  192.168.0.255  public     1  172.21.1.1/24     172.21.1.0   172.21.1.255   lan 

Fitur web-proxy dengan transparan juga diaktifkan. 
 

 [admin@instaler] > ip web-proxy pr                  enabled: yes              src-address: 0.0.0.0                     port: 3128                 hostname: "proxy"        transparent-proxy: yes             parent-proxy: 0.0.0.0:0      cache-administrator: "webmaster"          max-object-size: 4096KiB              cache-drive: system           max-cache-size: none       max-ram-cache-size: unlimited                   status: running       reserved-for-cache: 0KiB   reserved-for-ram-cache: 154624KiB 

Fungsi MASQUERADE diaktifkan, juga satu buah rule REDIRECTING untuk membelokkan traffic HTTP menuju ke WEB-PROXY 
 

[admin@instaler] ip firewall nat> pr Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic   0   chain=srcnat out-interface=public       src-address=172.21.1.0/24 action=masquerade   1   chain=dstnat in-interface=lan src-address=172.21.1.0/24       protocol=tcp dst-port=80 action=redirect to-ports=3128 

Berikut ini adalah langkah terpenting dalam proses ini, yaitu pembuatan MANGLE. Kita akan membutuhkan 2 buah PACKET-MARK. Satu untuk paket data upstream, yang pada contoh ini kita sebut test-up. Dan satu lagi untuk paket data downstream, yang pada contoh ini kita sebut test-down.

Untuk paket data upstream, proses pembuatan manglenya cukup sederhana. Kita bisa langsung melakukannya dengan 1 buah rule, cukup dengan menggunakan parameter SRC-ADDRESS dan IN-INTERFACE. Di sini kita menggunakan chain prerouting. Paket data untuk upstream ini kita namai test-up.

Namun, untuk paket data downstream, kita membutuhkan beberapa buah rule. Karena kita menggunakan translasi IP/masquerade, kita membutuhkan Connection Mark. Pada contoh ini, kita namai test-conn.

Kemudian, kita harus membuat juga 2 buah rule. Rule yang pertama, untuk paket data downstream non HTTP yang langsung dari internet (tidak melewati proxy). Kita menggunakan chain forward, karena data mengalir melalui router.

Rule yang kedua, untuk paket data yang berasal dari WEB-PROXY. Kita menggunakan chain output, karena arus data berasal dari aplikasi internal di dalam router ke mesin di luar router.

Paket data untuk downstream pada kedua rule ini kita namai test-down.

Jangan lupa, parameter passthrough hanya diaktifkan untuk connection mark saja. 
 

[admin@instaler] > ip firewall mangle print Flags: X - disabled, I - invalid, D - dynamic   0   ;;; UP TRAFFIC      chain=prerouting in-interface=lan       src-address=172.21.1.0/24 action=mark-packet       new-packet-mark=test-up passthrough=no    1   ;;; CONN-MARK      chain=forward src-address=172.21.1.0/24       action=mark-connection       new-connection-mark=test-conn passthrough=yes    2   ;;; DOWN-DIRECT CONNECTION      chain=forward in-interface=public       connection-mark=test-conn action=mark-packet       new-packet-mark=test-down passthrough=no    3   ;;; DOWN-VIA PROXY      chain=output out-interface=lan       dst-address=172.21.1.0/24 action=mark-packet       new-packet-mark=test-down passthrough=no  

Untuk tahap terakhir, tinggal mengkonfigurasi queue. Di sini kita menggunakan queue tree. Satu buah rule untuk data dowstream, dan satu lagi untuk upstream. Yang penting di sini, adalah pemilihan parent. Untuk downstream, kita menggunakan parent lan, sesuai dengan interface yang mengarah ke jaringan lokal, dan untuk upstream, kita menggunakan parentglobal-in
 

[admin@instaler] > queue tree pr Flags: X - disabled, I - invalid   0   name="downstream" parent=lan packet-mark=test-down       limit-at=32000 queue=default priority=8       max-limit=32000 burst-limit=0       burst-threshold=0 burst-time=0s    1   name="upstream" parent=global-in       packet-mark=test-up limit-at=32000       queue=default priority=8       max-limit=32000 burst-limit=0       burst-threshold=0 burst-time=0s 

Variasi lainnya, untuk bandwidth management, dimungkinkan juga kita menggunakan tipe queue PCQ, yang bisa secara otomatis membagi trafik per client.